ini mungkin ada yg nyari-nyari info tentang beasiswa ke jepang,,,
Dua April 2007 yang lalu telah berangkat ke Jepang 77 mahasiswa
Indonesia untuk melanjutkan studi mereka di berbagai bidang dalam
berbagai strata sebagai penerima beasiswa pemerintah Jepang (Beasiswa Monbukagakusho).
Mereka adalah hasil seleksi tahun lalu. Mungkin masih banyak yang
penasaran bagaimana sih caranya untuk mengikuti program ini?
Melalui internet kita dengan mudah dapat memperoleh informasi tentang
berbagai macam sumber beasiswa untuk belajar di Jepang. Sebagian orang
mungkin dapat segera mengisi dan mengajukan lamaran, tetapi barangkali
jauh lebih banyak yang masih kurang paham bagaimana melakukannya. Karena
sebelum mengisi formulir pun ada beberapa hal yang harus dipersiapkan
sebelumnya, Misalnya bagaimana memperoleh calon professor pembimbing,
dll. Tulisan ini mudah-mudahan bermanfaat agar mereka yang potensial
tidak gagal dalam seleksi semata-mata karena ketidaktahuan.
Dari semua mahasiswa asing yang sekarang belajar di Jepang, mayoritas
(86,7%) belajar dengan biaya sendiri/beasiswa swasta, 1,7% biaya
pemerintah masing-masing, dan sisanya 11,6% mendapat beasiswa dari Beasiswa Monbukagakusho.
Dari total mahasiswa asing di Jepang, Indonesia menduduki tempat keenam
di bawah Cina, Korea, Taiwan, Malaysia, dan Thailand dengan jumlah
sekitar 1.600 orang (1,8%). Dari jumlah ini kira-kira 700 orang
memperoleh beasiswa pemerintah Jepang. Selebihnya dengan biaya sendiri
atau dengan beasiswa swasta. Dibanding dengan negara maju lainnya
(Amerika, Eropa Barat, Australia) jumlah mahasiswa asing yang belajar di
Jepang jauh lebih kecil. Selain karena biaya hidup yang sangat tinggi,
juga factor bahasa yang umumnya menjadi penyebab,
Yang agak "mengagetkan" dari total mahasiswa asing di Jepang justru
kira-kira 60% belajar dalam bidang-bidang ilmu sosial, humaniora, seni,
dan ekonomi. Hanya 4,8% dalam bidang rekayasa (engineering), 2,8% bidang
pertanian dan 2,3% bidang sains. Sisanya belajar dalam bidang
kedokteran, dll.
Sedangkan dari Indonesia sendiri, mayoritas mereka yang dikirim pemerintah dengan beasiswa Beasiswa Monbukagakusho belajar dalam bidang rekayasa, pertanian, kedokteran, dan sains. Selain Beasiswa Monbukagakusho kini makin banyak sumber-sumber beasiswa yang ditawarkan, walaupun jumlah penerima bisa dikatakan masih terbatas.
Berdasar jumlah mahasiswa asing, Tokyo Daigaku (Tokyo University)
menempati urutan pertama dengan lebih dari 2.000 orang disusul Kyoto,
Nagoya, Tsukuba, Osaka , Kyushu, Tohoku, Tokyo Kogyo Daigaku (Tokyo
Institute of Technology). Selain universitas negeri terkemuka di atas,
banyak universitas swasta ternama yang menjadi pilihan.
Jepang dikenal sebagai salah satu negara yang paling mahal di dunia.
Untuk sedikit memberi gambaran kita lihat beberapa contoh harga di bawah
ini. Kalau kita makan di restoran sederhana tak kurang 600 yen (Rp
48.000,00) harus dirogoh dari kocek. Harga di kantin universitas tentu
lebih murah dibanding di luar dengan pilihan menu yang beragam. Sewa
apartemen pe rbulan kira-kira 40.000 yen (Rp 3.200.000,00). Harga sewa
sebesar tersebut di atas mungkin hanya untuk ruangan seluas kira-kira 10
meter persegi yang terdiri dari kamar makan yang serta-merta berubah
menjadi kamar tidur pada malam harinya, "dapur" yang mungkin ukurannya
kurang dari 2 meter persegi dan kamar mandi yang kalau kurang hati-hati
akan membuat pantat kejeduk sana kejeduk sini. Harga di atas tentu
berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya. Yang paling tinggi adalah di
kota metropolitan Tokyo. Kamar yang sama di Tokyo bisa mencapai 60.000
yen.
Biaya hidup rata-rata seorang mahasiswa asing di kota metropolitan Tokyo
besarnya 150.000 yen; sekitar Rp 12 juta per bulan. Osaka dan
sekitarnya dengan 130.000 yen; sekitar Rp 10 juta. Yang paling "rendah"
adalah biaya hidup di Shikoku, pulau keempat terbesar di Jepang, 110.000
yen (hampir Rp 9 juta).
Yang agak repot kalau beasiswanya jauh di bawah biaya hidup. Beasiswa
seperti ini banyak ditawarkan oleh yayasan-yayasan swasta, semi
pemerintah, pemerintah daerah, seperti Lions Club, dll. Mahasiswa dengan
beasiswa semacam ini harus membayar uang kuliah sendiri, berbeda dengan
penerima Beasiswa Monbukagakusho yang uang kuliahnya dibayar oleh Beasiswa Monbukagakusho.
Pada dasarnya ada dua macam beasiswa yang tersedia, yaitu beasiswa yang
pengajuannya dilakukan di Indonesia dan beasiswa yang hanya bisa
diperoleh kalau kita sudah berada di Jepang. Informasi lengkap tentang
sumber beasiswa ini dapat dilihat di situs www.id.emb-japan.go.jp. Di
sana bisa ditemukan sumber beasiswa yang lamarannya bisa diajukan di
Indonesia atau kalau kita sudah berada di Jepang, baik yang berasal dari
pemerintah pusat (Beasiswa Monbukagakusho),
pemerintah daerah, maupun swasta. Besarnya beasiswa berkisar antara
50.000-an yen sampai dengan 275.000 yen, walaupun ada pula beasiswa yang
sifatnya sekadar bantuan, betul-betul sekadarnya yang besarnya hanya
belasan ribu yen.
Beasiswa yang mungkin termasuk paling "favorit" yaitu beasiswa Beasiswa Monbukagakusho
(Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Sains dan Teknologi), karena selain
jumlah penerima beasiswanya cukup banyak, juga besarnya beasiswa lebih
dari lumayan. Beasiswa ini secara garis besar terbagi ke dalam dua
jalur. Jalur yang pertama dikenal sebagai jalur G to G (government to
government). Di sini beasiswa ditawarkan pemerintah Jepang kepada
pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Jepang di Jakarta. Setiap
tahun, pemerintah Jepang menawarkan sekitar 80-an beasiswa untuk belajar
di Jepang, baik untuk tingkat sarjana maupun pascasarjana.
Sejak beberapa tahun yang lalu, peluang untuk memperoleh beasiswa ini
terbuka bagi segala kalangan baik dosen PTN, PTS, PNS lainnya, maupun
masyarakat umum. Pelamaran langsung dialamatkan ke Kedubes Jepang di
Jakarta.
Kira-kira 40 beasiswa program pascasarjana diberikan untuk jalur G to G
ini. Untuk memperebutkan 40 beasiswa ini 300-an orang yang mengajukan
lamaran dari seluruh Indonesia. Faktor-faktor apa saja yang menjadi
komponen penilaian dalam seleksi? Dosen atau peneliti yang berasal dari
PT atau Lembaga Riset yang sudah mapan (misal ITB, BPPT dll.) tentu
sudah sangat paham dengan masalah ini. Akan tetapi, barangkali banyak
yang sama sekali masih merasa kabur dalam pengisian formulir beasiswa
walaupun pertanyaan dan instruksi dalam formulir sudah jelas.
Pada dasarnya dalam mengisi formulir hendaknya diperhatikan secara jeli
arahan pada setiap pertanyaan yang diajukan. Hal yang sangat penting
adalah adanya surat rekomendasi dan surat pernyataan penerimaan (Letter
of acceptance) dari calon profesor pembimbing di Jepang lengkap dengan
alasan dan komentar mengenai usulan penelitian yang akan dilakukan di
Jepang. Di sini memang diperlukan komunikasi yang intens dengan calon
profesor sebelum lamaran diajukan. Kualitas usulan penelitian ini
memegang peranan yang penting dalam persaingan selain IP dan kemampuan
berbahasa Inggris atau bahasa Jepang bagi mereka yang bidangnya sastra
Jepang.
Bagaimana caranya memperoleh calon profesor pembimbing di Jepang? Ini
susah-susah gampang. Yang paling baik adalah kalau kita diperkenalkan
oleh senior kita yang pernah atau sedang belajar di sana. Logikanya
tentu senior tidak akan memperkenalkan juniornya yang kira-kira
bermasalah. Kalau kita tidak punya senior kita bisa melihat jurnal
ilmiah vak atau catalog berbagai PT di Jepang. Memburu profesor ini bisa
juga dilakukan melalui internet. ***
Penulis, alumni Kyoto University, mantan penerima beasiswa Beasiswa Monbukagakusho, staf pengajar/peneliti prodi/KK Astronomi dan Observatorium Bosscha, FMIPA, ITB.
Naskah asli : Pikiran Rakyat Online , edisi 18 Oktober 2007
Description: Bagaimana meraih Beasiswa di Jepang
Rating: 5
Reviewer: Admin -
ItemReviewed: Bagaimana meraih Beasiswa di Jepang
UserReviewed: 99892
sumber: Monbukagakusho
No comments:
Post a Comment